Bagi kalian para muslimah yang kerap merasakan kepanasan atau sebaliknya di area kepala lantaran hijab yang kurang nyaman, kini demi memenuhi kebutuhan wanita muslim, salah satu pelaku fashion akan menciptakan inovasi baru yakni jilbab berteknologi tinggi.
Jilbab tersebut tidak lagi membuat tubuh atau kepala mudah berkeringat saat dipakai di musim panas namun tetap dingin untuk memberikan penyegaran kepada pemakainya.
Seorang pengusaha muslim, Ahmed Ghanem, meluncurkan jilbab yang tahan air dan panas dilabeli dengan nama 'Cool Dry'. Pengusaha 22 tahun itu membuat scarf dengan material nilon khusus yang bisa memantulkan 80% sinar matahari sehingga hijabers tidak merasa panas ketika beraktivitas di siang hari. Serat-serat dari scarf tersebut juga dapat membuat kepala lebih dingin 7 sampai 10 derajat celcius dibandingkan bahan lainnya.
Tidak hanya itu, Cool Dry dirancang agar noda membandel tidak mudah menempel serta anti air. Bahannya bisa menahan air yang jatuh di atas kepala agar tidak meresap ke rambut. Sementara desainnya dipotong menggunakan sinar laser sehingga terkesan lebih rapi. Desainnya juga dibuat sederhana.
"Saya ingin menginovasi, merevolusi, dan mengubah pandangan orang tentang hijab. Wanita yang mengenakan jilbab, mereka sangat kuat dan tegar. Kebencian dan kekerasan yang mereka terima itu tidak adil. Saya harap dengan adanya jilbab ini bisa sebagai bentuk dukungan untuk mereka (yang memakai jilbab)," tutur Ahmed seperti dikutip dari refinery29.
Ahmed mengaku terinspirasi dari produk perusahaan yang material pakaiannya berteknologi seperti Nike dan Under Armour. Ia melihat banyak wanita muslim yang merasa cepat berkeringat ketika berpergian di musim panas. Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan inovasi baru untuk para hijabers agar lebih nyaman saat melakukan kegiatan, terutama di luar ruangan.
Ahmed dan timnya telah melakukan observasi terlebih dahulu melalui cuaca serta beberapa jenis pakaian. Salah satunya kemeja yang kini dibuat dari material yang lebih nyaman dan tidak mudah membuat tubuh mudah berkeringat. Riset dilakukan selama kurang lebih dua tahun untuk merilis Cool Dry.